Rapat Kordinasi Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Tingkat Kabupaten Lombok Tengah

Praya, 25 Agustus 2022

Pembukaan Kadikes Loteng

Pada hari ini, bidang P3KL melalui  Progam Kesehatan Jiwa mengadakan rapat kordinasi TPKJM dengan semua Puskesmas dan lintas sektor terkait membahas masalah serta kendala yang dihadapi selama proses evakuasi ODGJ gelandang, mengamuk serta ODGJ Pasung. Adapun lintas sektor yang hadir antara lain berasal dari Kepolisian, TNI, POL PP, Dinas Sosial dan lainnya. Kedepan diharapkan kerja tim TPKJM dalam proses evakuasi ODGJ akan lebih terbantu dengan adanya rumah singgah sementara bagi ODGJ  sebelum dibawa ke RSJ, kemudahan dalam pembuatan surat pengantar di Dinas Sosial saat hari libur bagi ODGJ dari luar wilayah yang akan dibawa ke RSJ serta semua ODGJ bisa memiliki NIK, KTP dan BPJS.

Adanya dokter spesialis jiwa di Kabupaten Lombok Tengah khususnya RSU Praya juga menjadi harapan tim TPKJM agar bisa merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih dekat. Semoga dengan adanya tim TPKJM tingkat Kabupaten dapat menginisiasi terbentuknya tim TPKJM di tingkat Kecamatan sehingga penanganan kesehatan jiwa masyarakat yang komprehensif dapat tercapai. 

 

Novita
Pengelola program Jiwa

 

 

AKREDITASI PROGRAM PUSKESMAS MENUJU AKREDITASI INSTITUSI YANG PARIPURNA

Ns. MOH ALI,S.Kep.,M.Kes

Puskesmas sebagai penyelenggara kesehatan tingkat pertama atau sebagai geat keeper pelayanan kesehatan harus tetap berupaya menyelenggarakaan pelayanan kesehatan yang bermutu, berupaya memenuhi harapan masyarakat sehingga masyarakat puas dan puskesmas semakin di cintai masyarakat.

Yang menjadi fundamental issue saat ini adalah peningkatan mutu dan keselamatan pasien, untuk itu segala Kondisi yang berisiko harus di identifikasi, semua Insiden harus di rekam dan dicatat dengan baik. Insiden yang terjadi pada pasien dan insiden yang terjadi pada bukan pasien (Petugas Kesehatan dan Pengunjung).

Upaya-upaya ini merupakan upaya puskesmas untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan berkesinambungan, karena dari semua kejadian yang direkam menjadi pembelajaran bagi puskesmas, sehingga upaya proaktif dalam perbaikan tetap dilaksanakan disinilah istilah CQI di impelementasikan.
Continous Quality improvment
Terus berubah dan berbenah untuk peningkatan kualitas layanan di pusksmas

Pendekatan Sistem dan PDCA adalah kunci untuk menjalankan CQI (Continuous Quality Improvement). INPUT adalah bahan yang harus disiapkan yang terdiri dari (man, money, material, methode dan market). PROSES di orginisir dengan PDCA, sedangkan OUT PUT adalah hasil atau produk yang kita hasilkan (cakupan, kepuasan masyarkat dan Kinerja Puskesmas).

Untuk Mengetahui keberhasilan puskesmas, maka keberhasilan tersebut harus di ukur, diukur secara mandiri (internal) dan di ukur oleh pihak lain (eksternal). Kinerja puskesmas atau prestasi puskesmas yang diukur secara mandiri, sebagai bahan mawas diri atau self assasement adalah dengan menggunakan format PKP, didalam PKP akan terindeks kinerja Puskesmas menjadi 3 gread yaitu Kinerja Baik, Kurang Baik dan Tidak Baik.

Kinerja Puskesmas yang diukur secara ekstrernal ada 2 (dua) yaitu satu,melalui Survei Kepuasan Masyarakat utk mendeteksi apakah Masyarakat Puas dengan Pelayanan Puskesmas dan mengukur kualitas pelayanan Puskesmas yang dinilai oleh masyarakat sebagai penerima layanan. dua, melalui penilaian yang dilakukan oleh lembaga independent yaitu lembaga Akreditasi.

Akreditasi inilah yang kerap menjadi momok dan menakutkan dari beberapa Puskesmas, masih dijadikan beban berat yang dijalankan oleh Puskesmas hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman personel Puskesmas tentang pentingnya akreditasi masih dirasakan kurang, kemauan yang kuat untuk menjadikan habit peningkatan mutu masih kurang, sehingga semua jenis layanan yang diselenggarakan oleh puskesmas belum dijalankan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Alhasil Pelayanan Puskesmas mulai dari layanan Administrasi, Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Perseorangan Masih tergambar belum berkualitas.

Akreditasi Puskesmas adalah penilain terhadap institusi Puskesmas, Puskesmas merupakan Sistem dan subsistem-subsistemnya adalah program puskesmas (UKM)  dan pelayanan perseorangan (UKP). UKP terdiri dari Poli Umum, Poli Gigi, UGD, Rawat Inap, Persalinan dan KIA sedang UKM terdiri dari program esential dan pengembangan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh dinas kesehatan adalah mengakreditasikan masing-masing program dan masing-masing unit pelayanan. Jika Masing-masing program  dan masing-masing unit pelayanan terakreditasi artinya setiap unit atau pengelola Program menyiapkan Regulasi, RPK, Pedoman/panduan, SOP dan KAK maka AKREDITASI INSTITUSI akan menjadi lancar.

Untuk menentukan atau membuktikan apakah semua unit dan pengelola program sudah terakreditasi pembuktiannya terletak pada AUDIT INTERNAL. Jika audit ini dijalankan dengan baik maka semua pergerakan layanan di puskesmas akan menjadi bermutu alhasil akan mendukung AKREDITASI PUSKESMAS sbg INSTITUSI.

Audit Internal adalah gladi Survei atau bisa dikatakan Prasurvei yang dilaksanakan secara Mandiri oleh Puskesmas melalui Tim Audit Internal Puskesmas. Untuk itu Tim Audit Internal diupayakan beranggotan Admen, UKP, UKM dan Mutu. Tim Audit Internal inilah yang akan melakukan penilaian layaknya Surveior dan memberikan Rekomendasi untuk perbaikan-perbaikan dan dilaporkan hasil temuannya ke Pimpinan Puskesmas.

Ayo Akreditasi Masing-masing Program
Akreditasi masing-masing Unit Pelayanan
Akreditasi semua layanan Administrasi
Jalankan Mekanisme AUDIT INTERNAL
Teruslah berbenah agar CQI bukan hanya selogan, Jalankan PDCA agar CQI bisa terwujud.

wassalam
Ns..Moh Ali, S.Kep,M.Kes

 

Tokoh-Tokoh Sentral Dinkes Kab.Lombok Tengah dalam Pawai Ta’aruf MTQ ke 29

Praya, 30 Juni 2022

Dari kiri ke Kanan, Staf Umpeg L Zulhan,S.Kep.,M.Humkes, Kadikes Loteng Dr H Suardi,SKM.,MPH, Kabid Kesmas dr Nasrullah dan Kasubag Umpeg L Hasbi

Atas dasar Surat Undangan dari bapak Bupati, yang isinya Undangan Pawai Ta’aruf MTQ ke 29 di Kab. Lombok Timur. Keluarga besar Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah yang dipimpin langsung oleh Bapak Kepala Dinas Kesehatan Bpk Dr. H Suardi,SKM.,MPH sekitar jam 12.00 WITA bergerak ke Lombok Timur untuk mengikuti giat tersebut.

Foto disamping membuktikan bahwa Keluarga Besar Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah adalah Dinas yang Solid dan Kompak. Didampingi oleh beberapa Tokoh Sentral di Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah yaitu Kepala Bidang Kesmas bpk dr.Nasrullah, Kepala UMPEG bpk L. Hasbi  dan staf UMPEG, bpk L.Zulhan S.Kep.,M.Humkes. Bapak Kepala Dinas Kesehatan bersama rombongan  melangkah riang, mantap dan tegap.  

Terbukti benar tauladan sejati bukan pada kata-kata tapi tauladan sejati adalah Aksi nyata. Karakter bukan diajarkan lewat teori dan wejangan tapi Karakter diajarkan lewat tauladan dengan contoh yang nyata. Penulis tidak berlebihan jika menulis tagline melalui tagar #dinaskesehatankab.lotengselaludihati

mbak Erti dkk

Bukan hanya didampingi oleh beberapa tokoh sentral Dikes Lombok Tengah, dibelakang banyak staf Dinas Kesehatan yang mengiringi. Tim bidik Camera Amatir melalui Camera Android  membidik Senyum manis dan ceria beberapa staf yang ikut hadir dan mengiringi bapak Kepala Dinkes dalam giat pawai Ta’,aruf. Mereka nampak riang dan semangat, foto ini bercerita bahwa kami adalah Keluarga Besar Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah yang selalu ada dan akan tetap ada untuk Dinas Kesehatan tercinta, tetap kompak dan damai.

 

Author

Subkoordinator Sistem Informasi dan Litbangkes
Ns.Moh Ali,S.Kep.,M.Kes
 

 

TOUR DINKES LOTENG to SAMOTA MXGP 2022

PRAYA, 25 Juni 2022

Persiapan berangkat, senyum ceria

Sekitar Jam 09.00 Tiem Motor Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah yang di pimpin langsung oleh bapak Kepala Dinas Kesehatan Dr. H Suardi, SKM, MPH dan dikawal oleh tim PSC DINAS KESEHATAN bergerak menuju kabupaten Sumbawa dengan tujuan ikut menyemarakkan SAMOTA MXGP. Sisi lain dari tour ini adalah selaian menjalin silaturahmi dengan pihak Pemda Sumbawa, tim juga bisa menikmati sensasi naik motor bersama dan refreshing. Sayangnya penulis belum bisa ikut dalam giat ini. Kegiatan ini sebenarnya dadakan artinya tidak ada persiapan-persiapan sebelumnya, tapi alhamdulillah semua persiapan sampai dengan pulang kembali ke Lombok Tengah aman terkendali.

Kasubag Umpeg dan Kabid Kesmas Dinkes Loteng

Beliau yang paling kiri adalah salah satu Tokoh paling senior yang ikut dalam rombongan ini, semangat beliau luar biasa. beliau adalah Kepala Sub Kepagawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, didampingi oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat

Senyum Kebahagiaan sang panutan

Beliau yang pake Kaca Mata, Jaket Hitam yang rada-rada gemuk senyumnya mengembang penuh kegembiraan, adalah orang kedua yang paling senior yang ikut dalam rombongan ini, beliau adalah seorang tokoh panutan penulis, sederhana dan apa adanya, beliau adalah Subkoordinator Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Bidang SDK Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, didampingi seorang perawat gigi bertugas di Puskesmas Teruwai

 

Pak Kadikes duduk bersama bersama stafnya

Penulis mendapatkan informasi dari salah satu personel yang ikut dalam rombongan, beliau bercerita perjalanan memang melelahkan tapi rasa itu hilang dengan kebersamaan, duduk bersama, makan bersama, cerita dan tertawa, tidak mengenal pejabat dan staf biasa, hari itu semua sama dengan kata lain kita adalah sama. Pokoknya luar biasaa. Semoga kedepannya giat tour bersama ini menjadi sebuah agenda yang harus tetap dilaksanakan agar kebersamaan diantara semua keluarga besar Dinas Kesehatan tetap terjaga, kekompakan tetap terjalin dan rasa persaudaraan tetap ada, tanpa mengenal kasta, begitu harapan beliau.

Kadikes bersama Staf yang ganteng dan penuh senyum kegembiraan

Kebersamaan adalah sebuah ikatan yang terjadi dengan alasan kekeluargaan antar sesama untuk kepentingan bersama demi dapat terwujudnya tujuan yang sama, agar tercipta kedamaian, harmoni, kekompakan, ketenangan. Gambar disamping cukuplah menjadi bukti bahwa Keluarga Besar Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah adalah Keluarga yang Kompak dan kokoh, terlebih dengan hadirnya Bapak Dr. H Suardi, SKM.,MPH adalah Sosok Kepala Dinas yang selalu senyum, tenang dan low profil. Beliau pernah mengatakan 

kita ini keluarga besar, jadi mari kita jaga kondisi ini dengan kekompakkan dan keluargaan”

 

Author 

Subkoordinator Sistem Informasi Kesehatan dan Litbangkes

 

 

 

MONITORING PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMS PASCA LIBUR BERSAMA

Praya 10 Mei 2022

Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar di lini terdepan atau sebagai gate keeper, karenanya berbagai permasalahan kerap kali dihadapi oleh puskesmas. Sebagai gate keeper Puskesmas tidak mengenal kata libur, pelayan kesehatan tetap diberikan 24 jam, contohnya dimasa libur puasa tahun 2022 ini.

Untuk memastikan bahwa kegiatan tetap berjalan dengan normal di puskesmas, Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah Bapak Dr.H.Suardi,SKM.,MPH didampingi oleh para Kepala Bidang melaksanakan monitoring pelayanan kesehatan pasca libur bersama di 4 Puskesmas yaitu Puskesmas Kuta, Puskesmas Teruwai, Puskesmas Batuyala dan Puskesmas Batu Jangkih. acara ini sekaligus ajang silaturrahmi  antara Kepala Dinas dengan para Nakes di 4 Puskesmas tersebut. Bapak Kepala Dinas Kesehatan memberikan arahan dan masukan agar tetap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, sesuai harapan masyarakat dan memberikan kepuasan kepada masyarakat, jangan abaikan Salam, Sapa dan Senyum.

Pada kesempatan ini Bapak Kepala Dinas dan para Kepala Bidang juga berbincang dengan masyarakat yang datang berkunjung ke Puskesmas, masyarakat merasa puas dan tidak banyak keluhan atas pelayanan yang diterima di Puskesmas. Bapak Kepala Dinas merasa senang karena pelayanan kesehatan di 4 puskesmas tersebut berjalan lancar baik masa libur maupun setelah libur.

 

 

 

 

author : subkoordinator sistem informasi dan Litbangkes
alylanthoq

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ORIENTASI CPNS DINKES KABUPATEN LOMBOK TENGAH 2022

Praya, 10 Mei 2022

Pada tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan 47 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang terdiri dari Dokter Gigi 1 orang, Perawat Gigi 2 orang, Kesehatan Masyarakat 15 orang dan Akuntasnsi sebanyak 29 orang. Semua Tenaga ini akan ditempatkan di beberapa UPTD Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah.

Terkait dengan 47 orang CPNS ini,  atas saran dan masukan dari Bapak Kepala Dinas Kesehatan Bapak Dr.H. Suardi, SKM.,MPH harus di orientasi terlebih dahulu di 4 Bidang termasuk di Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Tujuan dilakukannya orientasi adalah Pengenalan kepada pegawai baru mengenai seluk beluk dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang harus dikerjakannya serta gambaran secara garis besar mengenai tugas dari Puskesmas tempat mereka berkerja.

Bagaimana Proses Orientasi dilakukan ?

Orientasi ini dilakukan secara berkelompok dan berjenjang, setiap kelompok akan melaksanakan orientasi selama 5 hari disetiap bidang, kemudian pindah ke bidang lain dan disetiap bidang di koordinir oleh seorang koordinator orientasi.

Materi apa yang diberikan di setiap Bidang ?

Materi yang diberikan kepada peserta orientasi adalah sesuai dengan Tugas dan Fungsi dari Bidang-bidang yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah dalam bentuk materi slide, Tanya jawab dan turun praktek ke Lapangan.

Apa Manfaatnya ?

Manfaatnya adalah agar pegawai baru lebih kompeten, mengenal cara kerja di puskesmas, agar lebih percaya diri, dapat berkerja secara maksimal.

semoga kedepannya ke 47 orang pegawai baru ini dapat memberikan warna serta dapat bersinergi dengan senior-seniornya di Puskesmas dan dapat meningkatkan Kinerja Puskesmas, sehingga apa yang menjadi harapan Dinas Kesehatan kabupaten Lombok Tengah untuk tetap memberikan Pelayanan yang berkualitas dan memenuhi harapan masyarakat dapat terwujud.

 

 

admin 

Subkoordinator Sistem Informasi dan Litbangkes
alylanthoq

KOMPAK ADALAH KEKUATAN

Praya, Senin 09 Mei 2022

Pada hari ini Senin tanggal 9 Mei 2022 bertepatan dengan tanggal 08 Syawal 1443 H adalah hari pertama kami Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah masuk kantor . Tepat jam 07.30 WITA bertempat di halaman Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok diadakan Apel pagi yang dipimpin langsung oleh Bapak Kepala Dinas Kesehatan Bapak Dr. H. SUARDI, SKM.,MPH.

Tidak banyak yang beliau sampaikan dalam pidato, beliau berpesan “Jangan lupa 3 S (Salam Sapa Senyum) dalam setiap memberikan pelayanan dan Mari Kita  Bersatu dan Kompak karena dengannya kita akan solid, kuat dan kokoh. Setelah itu dirangkaikan dengan acara salam-salaman saling memaafkan dengan semua staf Dinkes Lombok Tengah. 

PERTEMUAN PENGELOLA PROGRAM SPM DINKES LOTENG

Praya, 2 Maret 2022

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam kondisi tidak sehat. Untuk itu Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan. 

Pada Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu dari enam urusan concurrent (bersama) yang bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan dasar adalah urusan kesehatan dan pelaksanaannya diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan.  Dalam undang-undang yang tersebut diatas juga mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal 298). Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah akan berdasar pada kebutuhan daerah untuk pencapaian target-target SPM. 

Berbeda dengan SPM sebelumnya pencapaian target-target SPM lebih merupakan kinerja program kesehatan, maka pada SPM yang sekarang pencapaian target-target tersebut lebih diarahkan kepada kinerja Pemerintah Daerah, menjadi penilaian kinerja daerah dalam memberikan pelayanan dasar kepada Warga Negara. Selanjutnya sebagai bahan Pemerintah Pusat dalam perumusan kebijakan nasional, pemberian insentif, disinsentif dan sanksi administrasi Kepala Daerah.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah  satu SKPD yang menangani program kesehatan berkewajiban untuk menjalankan SPM Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Sejauh ini pelaksanaan SPM sudah dilaksanakan namun Cakupannya belum memenuhi harapan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantau selama ini, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan capaian SPM Kesehatan belum memenuhi tergat.

Terkait dengan ini, Bidang SDK yang bertugas mengumpulkan Data SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah dan melaporkannya  secara Online ke Pusat dan Daerah, melakukan Pertemuan Pengelola Progam SPM di aula PPID, Pengelola program yang hadir adalah program TBC, HIV, PTM, ODGJ, KIA, LANSIA, Kesehatan Usia Produktif, dan Gizi. berharap dengan pertemuan ini didapatkan pemahaman yang sama tentang definisi operasional Indikator SPM, target-terget program yang seragam dan mekanisme pengukuran tingkat keberhasil capain SPM Kesehatan.

Terdapat 12 Indikator SPM Kesehatan yang harus dijalankan oleh Dinas Kesehatan dan jaringannya yaitu Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah.

  1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
  2. Pelayanan Kesehatan ibu Melahirkan
  3. Pelayanan Kesehatan bagi bayi baru lahir
  4. Pelayanan Kesehatan Balita
  5. Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar ( 7 – 15 tahun)
  6. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif ( 15 – 59 tahun )
  7. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut ( usia 60 tahun keatas)
  8. Pelayanan Kesehatan penderita Hypertensi
  9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
  10. Pelayan Kesehatan ODGJ Berat
  11. Pelayanan Kesehatan orang terduga TBC
  12. Pelayanan Kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV.

Semua Indikator SPM diatas capaiannya harus 100 persen, berat memang, tapi bila dijalankan dengan sistem yang baik, kerjasama yang baik dan saling bersinergi, insyaAllah terget bisa kita penuhi.

 

Wassalam

author_AL

 

 

 

Isra Mi’raj Keluarga Besar Dinkes Kabupaten Lombok Tengah

Praya,28 Februari 2022

Bagi Umat Islam peristiwa Isra Miraj menjadi salah satu momen yang sangat penting. Peristiwa ini merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ke-7, yang juga mempertemukannya dengan para nabi terdahulu.

Peristiwa Isra Miraj sendiri terjadi pada tanggal 27 Rajab. Jika biasanya wahyu untuk Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril, kali ini Allah SWT memberikan perintahnya langsung pada Rasulullah SAW.

Isra Miraj sendiri merupakan dua peristiwa yang terjadi pada waktu yang berbeda, bukan merupakan satu peristiwa saja. Peristiwa Isra Miraj ini sangat penting karena berkaitan dengan ibadah utama bagi umat Muslim, yakni shalat 5 waktu. Isra merupakan peristiwa perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW mengendarai Buraq. Sedangkan Mi’raj merupakan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Bumi menuju langit ke-7 dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah langsung yaitu perintah untuk melaksanakan sholat bagi Nabi Muhammmad dan umatnya,  yang awalnya 50 kali sholat menjadi 5 kali shalat sehari semalam.

Pada hari ini, senin tanggal 28 Februari 2022 berlokasi di halaman dalam Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah telah dilaksanakan peringatan Isra Mi’raj, pada kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Bupati Lombok Tengah, Ketua DPRD Kabupaten Lombok Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, Sekdis Dinkes Lombok Tengah dan seluruh staf Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Kegiatan ini dirangkaikan juga dengan Santunan kepada Anak yatim.

Semoga kegiatan ini terus dilaksanakan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah sebagai mementum untuk mempererat Persatuan dan kesatuan di tubuh Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah.

 

 

 

wassalam 

author

 

 

 

Cerita Sang Dokter dengan Pasien

Praya, 12 Februari 2022

Jujur sekitar Jam 19.36 hari Jumat tgl 11 Februari 2022 saya dapat WA dari seorang  Jadi tidak ada salahnya cerita tersebut saya kopas di web ini, semoga bermanfaat

“Allahu Akbar…gak jenuh bacanya…
Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit…
“Silakan duduk,” sambut dr.Paulus.
Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”

“Njih, Pak.”

“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”

“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.

“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”

Aku melongo lagi.

“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.

“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”

“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”

“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.

“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, Pak.”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?”

“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”

“Ya ‘kan bisa di rumah.”

“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”

“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”

“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.

“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”

“Waah.. Lalu, Pak?”

“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”

“Orangnya masih hidup, Pak?”

“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”

“Wah, wah, wah..”

“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”

“Lhoh, njenengan pernah Pak?”

“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.

“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”

“Hasilnya, Pak?”

“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”

“Sembuh, Pak?”

“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.

Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.

Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.

Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.

Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.

Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.

Riyadhoh pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.

Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.

Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.

Bacin, mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.

Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.

Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!

Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.

Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.

Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,

“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”

Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.

“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.

Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”

Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.

“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.

Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

“Puasa?”
“Ya!”
“Senin-Kamis?”

“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”

Lagi-lagi,aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.

Terima kasih Pak Paulus.

Kadipiro Yogyakarta, 2016

Dari wordpress GUBUGREOT

Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa =D

Rasulullah S.A.W bersabda :”Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.” (HR. Al-Bukhari)#